SINYAL dan Puisi lainnya
Sinyal
Tak ada sinyal pertama dalam syair.
Feby, kita seperti kepompong bermetamorfosis menuju ciptaan baru pada lembaran bumi ini.
Simfoni memperlambat hari.
Dan hari yang tak mau mati mungkin bersembunyi di balik sinyal hitam dan putih ini.
Atau hari memang tidak ada; hanya kita adalah sinyal antitamat pada garis waktu.
Hanya garis waktu yang runtuh oleh syair.
Apakah kita kekal? Tanya Feby ketar-ketir di pelataran rumah kusam.
Terkadang kita ingin meruntuhkan garis waktu pada sinyal,
Seperti menyalin kembali garis batas lapuk di antara alfa dan omega bumi ini; tiada tara.
Hanya syair;
Hanya sinyal,
Mungkin kita
Antitamat!
Maret 2020
Grace Takkan Lelah
Di dalam kabut ini, Grace menyekat aku, anti-bunyi.
Melahap bunyi nafasku sesuai permintaannya pertama kali.
Takkan pergi seluruh; bau tubuhnya masih melayang-layang di sini.
Biarkan bau tubuhnya menyulam sepi dini hari.
Seorang dramawan menyanyi,
karena roda bulan berjalan di luar rel yang terbuat dari surat cinta kekasihnya selama ini.
Orang-orang tak pernah tahu fragmen ironis ini,
Tapi sisa-sisa kecil gerimis dini hari mengisyaratkan setiap kali.
Di dalam kabut yang diciptakan dari bau tubuhnya,
Grace memberi aku biru yang tak mudah ringkas; menghijau.
Kanvas-kanvas memperlambat fragmen pada partitur ke tiga ribu,
Bukan lanskap, tapi ketaksabarannya yang buru-buru menjadi bisu.
Maret 2020
*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero-Maumere-Flores-NTT.
Post a Comment for "SINYAL dan Puisi lainnya"