Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjual Perempuan di Pasar Tuhan

Pixabay.com

Di pasar Tuhan yang tidak berbelas kasih ini,

Perempuan-perempuan yang belum tersentuh itu berdiri,

Berjajar, seperti di rumah bordil abad pertengahan. Hari menebas ketidaktentuan, 

Tetapi matahari tidak memancarkan sinar.


Di sudut ruangan itu,

Nasib mendahului perempuan-perempuan, dan waktu menggigilkan masa depannya, ketika senja dan kabut tidak saling melihat; tidak saling merasakan.

Kemudian perempuan-perempuan itu digiring ke dalam sebuah ruangan tanpa jendela, tanpa masa depan, kecuali remang-remang cahaya, dan pil-pil di dalam laci meja. Di meja kasir, tubuh perempuan-perempuan dijualbelikan, layaknya sembako. Dan para pembeli memasuki tubuh perempuan yang bertahun-tahun dikepung kemelaratan. Lalu perempuan berteriak: Tuhan...

Tetapi para lelaki itu tidak peduli. Tuhan tidak mengenal perempuan-perempuan di ruang itu, kata seseorang.  Perempuan di pasar Tuhan tidak mengenal satu pun lelaki itu. Dan Tuhan barangkali telah melupakan mereka. 

Uang memang Tuhan kita, kata seorang dari mereka. Hari menciptakan kebahagiaan semu.  Dan nasib mempermainkan warna. 


Melki Deni, penulis buku TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik!

Post a Comment for "Menjual Perempuan di Pasar Tuhan"