Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Toko Buku

Sejak dilahirkan, toko buku di kota diimpit oleh toko-toko kosmetik, hotel, apartemen, lokalisasi, dan perusahaan-perusahaan.

Ia sesak napas di tengah sebaran asap industri, telinganya dipekakkan bising mesin alat-alat transportasi. Udara panas menggerahkan. 

Peradaban berlari tak terkendali, janin, bayi, anak-anak, janda, jompo dan orang-orang kalah pun mati tanpa mengenal kata, angka, sejarah, dan imajinasi masa depan. Di Singgasana mereka tidak sanggup berdebat dengan Tuhannya perihal kebohongan, hoaks, peperangan, wabah, kesementaraan, kerentanan, dosa, kematian, dan hukuman atasnya. Mereka tidak mampu membacakan pledoi di hadapan para hakim di Singgasana.

Toko buku dikeroyok tanpa kendali oleh kesepian. Kesepian bukan saja sahabat sejak kecil, melainkan juga yang akan membunuhnya di masa depan. Seperti Kitab Suci, dan tulisan-tulisan bermutu tinggi lainnya, toko buku mengalami krisis perhatian dan pengakuan. 

Dan kita saksikan kematiannya tanpa tenaga di sana. Kita punya saksikan kepunahan spesies kita di hadapan penguasa politik, dan pemilik modal yang tak henti-hentinya menjual-belikan kita di pasar Tuhan.

Ledalero, 9 Juni 2022


*Melki Deni, Alumnus STFK Ledalero Maumere-Flores-NTT.


Post a Comment for "Toko Buku "