Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tubuhku (Karya Melki Deni)

Pixabay.com


Lihat tubuhku penuh dengan miniatur

Ada yang seperti apartemen, hotel, kampus, perpustakaan, terminal,  bandar, bandara, restoran, kafe, dan rumah ibadat. Tetapi ada juga rumah bordil, yang seringkali beradu mulut dengan rumah ibadat.

Setiap hari mereka bertengkar merebut tubuhku. Mereka membawa aku ke sana kemari, dan aku pun tak bertanya untuk apa. Seketika itu cahaya pun tenggelam dalam doa.

Ketika aku melukai tubuhku, kuteringat mereka yang berada di panti asuhan itu, tidak pernah meratapi tubuhnya yang menyebabkan mereka tidak berharga di mata uang, mata duitan, mata keranjang, dan mata-mata.

Tubuh yang cacat tidak pernah membenci Tuhan

Sejak Awal.


*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT. Aktif menulis puisi sejak sekolah menengah pertama. Buku Puisi Pertama berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik! (Yogyakarta: Penerbit Moya Zam Zam, 2022).

Post a Comment for "Tubuhku (Karya Melki Deni)"