Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antologi Puisi Delvis Salut

Pixabay.com


Kenapa  Harus Berbohong?

Belum lama ini, tersirat rasa padanya 
Tentang rasa yang tumbuh begitu saja
Sempat berpikir untuk kubur dalam-dalam
Semakin rasa ini kukubur,
semakin pula rasa ini ada
kau terlalu kacau
Kenapa harus berbohong?
Soal rasa itu pasti ada 
jika saling terbuka
Tapi, di sini gengsi itu pihak pertama
Tidak memikirkan tentang sebuah rasa yang tumbuh sudah lama
Atau, harus lari dari kenyataan?
Untuk menutup semua ini
Kenapa harus berbohong?
Membangun relasi karena paksaan akan fatal jika terus diperjuangkan
Yang ada akan menumbuh luka
Jika ada rasa untuk ingin memiliki mengapa tidak diutarakan?
Memang akan sulit untuk berjuang sendiri
Apalagi dia tidak tahu tentang rasa yang dimiliki itu
Kenapa harus berbohong?


Pemuja Malam

Ijinkanlah aku menatap pada malam
Yang kelam tak terarah
Bersemayam bersama gelap
Di balik awan, Rembulan tak menampakkan diri
Segala penat diberi waktu untuk bermanja
Reques lagu romantis
Nasi putih dan sayur segar,
Menjadi menu makan malam yang kelam ini
Begitu nikmat saat dikunyah
Hai sang malam,
Sampaikan pada rembulan dan seluruh penghuni cakrawala
Yang dengan malu-malunya menampakkan diri
Untuk turut menemaniku saat ini


Rasa Berbeda

Teringat waktu pagi
Awal aku berkenalan dengannya
Ditemani angin sepoi-sepoi
Menyempurnakan perkenalan singkat waktu itu
Aku diam saat melihat parasmu yang kebangetan,
Sejak saat itu,
Wajahmu masih terlintas jelas dalam pikiranku
Bahkan aku lancang membawamu dalam dunia imajinasi konyolku
Caramu memperlakukanku saat itu membakar angan-anganku
Dia Siapa?
Bisakah aku mengendalikan rasa ini?
Perkenalan singkat itu, menghadirkan sebuah rasa yang berbeda
Sebelum terlalu larut, aku harus keluar dari rasa sial ini
Karena akan menciptakan masalah baru nantinya
Sungguh rasa ini aku miliki, 
Untuk dia?


Enu Deng Lipa Songke

Sejuta senyum di bibirmu enu
Tambah elok di pandang rangam
Tanah manggarai tempat paling damai
Melahirkan seribu wanita molas
Lebih terlihat molas, ketika enu Deng Lipa
Bunga-bunga Manggarai
Bertabur pada taman hati
Melahirkan fajar di batas senja
Dalam malam pun masih tergerai
Deretan pelangi
Mungkin kegelapan telah mati, sirna di ujung mimpi
Kain tenun songke,
Menjadi ciri khas tanah Manggarai
Sebagai tiang kedamaian dan cinta
Pesona kain songkemu
Pesona paras yang lebih cantik
Menceritakan ciri khas dirimu
Mata ini tidak bosan 
Memandangmu enu
Kala kau dibaluti kain songke

*Enu: Gadis
* Kain Songke: kain adat kebudayaan Manggarai

*Delvis Salut, penulis puisi dan suka sastra berasal dari Lasang, Desa Bentengsuru, Kec. Kuwus-Manggarai Barat.

Post a Comment for "Antologi Puisi Delvis Salut"