SEPERTI BUKU dan Puisi lainnya
![]() |
Melki Deni |
SEPERTI BUKU
Ia menyaksikanmu sedang membuka buku,
Masuk ke dalamnya, dan memungut kata demi kata
Merangkainya menjadi sejarah, sejarah baru di batas kampung ini
Jika suatu hari nanti
Kau menjelma menjadi seperti wartawan dan penyair
Kau lupa untuk apa membuka buku itu?
Kau teringat bahwa fotografi adalah cerita pendek,
Buku adalah panoptikum, melihat, menangkap seluruhnya, dan menciptakan sejarah
Buku baru adalah kita, kata dan dunia.
Ia mendadak berhenti menangkap dan menciptakan,
Meskipun kaubertanya mengapa dan untuk apa?
Ia semakin dekat dan mengaburkan garis batas antar yang fana dan abadi
Sampai ia lupa mengapa ia harus menghapus batas antar buku dan kita
Ia menimbang-nimbang sebab-akibat kau membuka buku,
mengatasi luka dan mereka-reka masa depan yang adalah sebentar dari saat ini.
Diam-diam kau menanggalkan pakaiannya perlahan-lahan,
meletakkan sejarahmu di atas bukunya, dan mendadak dia bertanya,
“mengapa aku sendiri tidak bisa menanggalkan pakaianku?”
Batas antar kau dan dia tidak berdiri tegak di atas buku itu,
Seperti tanda seru.
Seperti buku adalah panoptikum, ia melihat dan kau menangkap
Sampai pada suatu hari nanti
Kau membuka buku dan ia masuk ke dalamnya
Kau dan dia tidak tahu siapa yang lebih dulu memungut kata demi kata
Menciptakan sejarah, sejarah baru di atas ketidakpastian.
Seperti buku menceritakan,
Kau dan dia mewartakan ke kehidupan, bukan?
Kukirimkan Buku
Kukirimkan buku padamu,
Lopo: sebuah pondok kecil di pinggir kota dekat pantai, bunga-bunga, lentera, bangku, kamus dan beberapa potongan kisah, ingatan, kegelisahan, fragmen, dan lakon yang sempat kutinggalkan di sana.
Barangkali aku ada di antara buku, bau bunga-bunga, ingatan, kamus, lentera, dan potongan fragmen yang sempat dipungut kembali itu. Barangkali aku ada di antara kegelisahan, isak tangis, tik-tok jam yang menggigilkan ruangan, dan dingin yang tercatat pada termometer itu.
Barangkali aku ada di antara mata yang terpejam, doa yang singkat, dan tidur yang tak lelap tengah malam.
Kuterka usia mulai gugur dalam diam, kita pun tak pernah bertanya untuk apa kita berjalan ke sana kemari tanpa melepaskan sejarah, dan melukis ingatan. Seperti buku yang ditulis, mengisah, mengisah siapa saja; Seperti gerimis jatuh ritmis menyentuh siapa saja.
Aku tentu saja ada di antara cahaya di sela-sela ranting pohon, burung-burung yang mencicit kecil-kecil dan air yang berkecipak-kecipak kecil-kecil.
Aku tentu saja menjelma angin yang berbisik lewat daun-daun yang lepas dari rantingnya, tersangkut di antara mimpi-mimpi kita yang tidak pernah menjadi kenyataan.
Aku menjelma kopi, puisi dan dalam setiap pertanyaan yang tak mungkin terjawab itu.
*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
Post a Comment for "SEPERTI BUKU dan Puisi lainnya"