Ketika Orang Bisu Berbicara! dan Puisi lainnya
Ketika Orang Bisu Berbicara!
Sebaiknya kita tidak perlu mencari tahu
dan bertanya pada diri sendiri mengapa
waktu tidak mengatakan apa-apa tentang apa pun yang baru saja terjadi.
Waktu tahu mengapa kita tidak mengatakan apa-apa
setelah sekian banyak kekerasan di sekitar dilemparkan pada kita.
Yang Lain, kanak-kanak, dan masa lalu membuat kita bisu.
Yang Lain tidak mau bersaing—dan melawan
Kekerasan di sekitar kita.
Yang Lain kalah tiap kali.
Kanak-kanak yang takut bersikap dan menjadi pura-pura baik-baik saja,
Dan melahap masa lalu tanpa acara pemulihan.
Kanak-kanak bungkam tiap kali.
Masa lalu lebih mudah menelan kekerasan dan tutup mulut,
Daripada bersikap melawan.
Masa lalu takkan mungkin dipulihkan kembali.
Tiap malam hari, di kamar sendirian
Kita duduk dalam debu dan abu,
Meratapi ketakutan-kegetiran kita.
Waktu tahu seberapa besar bungkam yang harus dibayar tuntas,
Dendam yang mesti dibalas lunas,
Masa depan yang wajib diwarnai emas.
Tanah Tumpah Darah
di kampung kami ada perusahaan tambang
kami dibelenggu berkali-kali
sejak leluhur kami tidak mengenal sekolah,
sejak kami tidak memahami bahasa-bahasa politik dan istilah-istilah asing,
sejak kami dilihat hanya sebagai kumpulan orang-orang kalah, tidak sekolah
dan selalu saja salah ke hadirat para penguasa.
dibisukan dengan cara yang sederhana
dari pembicaraan-pembicaraan yang tidak seperti biasanya
diusir dengan skenario yang sederhana
dari tanah tumpah darah
berkeliaran tanpa arah; tanpa tujuan; tanpa masa depan
di negeri tetangga, di mana setiap kejahatan bisa dibeli
seperti yang kami alami saat ini di sini.
Sementara kami selalu diteror oleh penderitaan; kemiskinan, penyakit, kematian dan kurang perhatian.
ini darah kami, yang telah menjelma menjadi tanah,
yang menghadiahkan kami mangan, gamping, emas dan logam di dalamnya,
yang membuat kami berada, dan bahagia.
ini tanah kami yang meratap tidak terkira,
butuh darah kami,
agar tidak terluka menganga
menderita tiada batasnya
ini tanah tumpah darah kami,
orang-orang tidak sekolah, yang kalah dan kurang perhatian
dengan gigih berani kami perjuangkan sampai darah terakhir mengalir di atasnya
meski setiap perjuangan apa saja selalu saja ada yang menyerang dan menantang;
Tuhan menamainya penderitaan
Tapi bukankah kekalahan lebih sanggup mengalahkan penderitaan,
dan kekalahan pada dirinya sendiri akan dikalah oleh dirinya sendiri,
sebab ia kalah, layak tidak perlu diperjuangkan!
ini tanah tumpah darah kami
kami ingin menumpah lagi darah kami di atasnya
menulis sejarah perjuangan dengan darah-darah kami
agar anak-anak kami yang akan datang, mengenal sekolah, memahami istilah-istilah asing dan bahasa-bahasa politik, dapat mempelajari sejarah dari darah-darah ini
dan mendengar abu-abu kami bercerita.
*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores NTT.
Post a Comment for "Ketika Orang Bisu Berbicara! dan Puisi lainnya"