Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Filsafat Ruang (Pengantar Sangat Singkat Filsafat Ruang Henri Lefebvre)

Henri Lefebvre/frieze.com

Manusia memiliki kehendak untuk menciptakan dan mereproduksi kehidupannya. Manusia dapat menciptakan dan mereproduksi kehidupannya melalui pelbagai cara agar manusia tetap bertahan hidup, bersejarah, bermakna dan reproduktif dengan menghadirkan kembali seluruh pikiran, perasaan, dan kehendaknya melalui rekonstruksi dan empati. Jika manusia hendak langgeng dan bersejarah, ia mesti menciptakan dan memaknai sejarahnya sendiri. Tidak hanya menciptakan sejarah bagi dirinya sendiri, manusia juga hendaknya mereproduksi sejarah masa lalu dan merancang bangun sejarah bagi masa depannya. Manusia harus menyejarah dan meruang dalam waktu, sebab ia senantiasa terikat pada sejarah, merekonstruksi dan memberi makna kepada dunia-kehidupan. Bagaimana manusia merekonstruksi sejarahnya dan memberi makna kepada dunia kehidupannya melalui ruang? Tulisan ini merupakan pergumulan pemikiran filosofis Henri Lefebvre yang akan dipresentasikan di sini.

Reputasi Henri Lefebvre telah melambung ke stratosfer, dan dia sekarang dianggap setara dengan beberapa teoretikus sosial Eropa yang hebat seperti Bourdieu, Deleuze, dan Harvey dalam lima belas tahun terakhir. Secara khusus, karyanya telah merevitalisasi studi arsitektur, geografi dan perencanaan perkotaan melalui konsep-konsep seperti produksi sosial ruang, hak atas kota, kehidupan sehari-hari, dan urbanisasi global. Lefebvre telah menghasilkan dua aliran pemikiran utama: satu adalah ekonomi politik, dan yang lain lebih berorientasi kepada budaya. Ruang, diferensiasi, dan kehidupan sehari-hari menggabungkan dua aliran pemikiran ini ke dalam pendekatan Lefebvrian yang terpadu untuk masalah perkotaan kontemporer dan sifat struktur sosial spasial.[1]

Kehadiran teori Produksi Ruang Henri Lefebvre (revolusi metode filsafat berwatak sosial) didorong oleh pembacaan, pengkajian dan penganalisisan yang panjang dan rumit di dalam teori Marxian. Salah satu persoalan serius yang begitu mendesak dalam perkembangan objek kajian teori Marxian ialah kebutuhan akan referensi keadilan ruang sosial. Kebutuhan tersebut didasarkan pada prinsip epistemologis dari filsafat yakni pengetahuan kritis dan progresif yang khas pada konteks sosial manusia.

Henri Lefebvre dan Inti Pemikirannya

Henri Lefebvre lahir pada 16 Juni 1901 di Hagetmau, Landes, Prancis. Ia belajar filsafat di Universitas Paris (Sorbonne), dan lulus pada 1920. Pada tahun 1924 Lefebvre bekerja sama dengan Paul Nizan, Norbert Guterman, Georges Friedmann, Georges Politzer dan Pierre Morhange dalam kelompok Filsafat mencari "revolusi filosofis".

Teori produksi ruang Henri Lefebvre telah mengalami kebangkitan yang luar biasa selama beberapa dekade terakhir.[2] Pada awal 1970-an, teori produksi ruang ini hampir tidak menimbulkan tanggapan apa pun, meskipun teks-teks Lefebvre tentang Marxisme (Le Matérialisme dialectique), kehidupan sehari-hari (Everyday Life), dan hak atas kota (Urban Rights) dibaca secara luas pada saat itu. Pada saat itu pula refleksi Lefebvre tentang ruang tidak banyak menarik minat karena problematika ruang belum masuk dalam agenda teoretis. Akan tetapi selama beberapa tahun terakhir, buku Lefebvre The Production of Space secara rutin dikutip dan dianalisis. Problem perampasan dan pencaplokan ruang telah membangkitkan gairah-gairah penelitian ilmu-ilmu sosial. Tidak hanya itu, pertanyaan tentang ruang mendapat banyak perhatian, yang melampaui pertanyaan geografi.[3]

Produksi ruang tidak terlepas dari relasi sosial dan aktivitas keseharian manusia. Menurut Lefebvre, ruang adalah produk sosial, atau konstruksi sosial yang kompleks berdasarkan nilai, dan produksi makna sosial yang memengaruhi praktik dan persepsi spasial. Dalam masyarakat modern ruang selalu diperebutkan. Semua pihak yang berkepentingan akan terus berusaha mencari cara untuk mendominasi pemakaian atau pemanfaatan atas suatu ruang.[4] Secara historis, perkembangan kajian ruang yang dianalisis secara sosial dimulai sejak 1950-1960. Ketika kajian ruang secara geometris terkikis, sejak itu mulailah revolusi spasial pada bidang geografi.

Produksi Ruang: Hegemoni Kapitalisme dan Ilmu Pengetahuan

Pada 1970-an, teori sosial digunakan untuk menganalisis dan mengkarakterisasi perubahan dalam skala mikro lingkungan perkotaan. Alih-alih menyediakan dan menjanjikan kemudahan-kemudahan dalam hidup, ilmu-ilmu pengetahuan justru membuka persoalan-persoalan baru, termasuk persoalan mengenai model-model ruang yang dikehendaki secara bersama oleh masyarakat. Ruang tidak hanya direproduksi oleh sistem kapitalisme, yang tampak melalui praktik sosial guna mengkonstitusi ruang untuk kepentingannya, tetapi juga produksi ilmu pengetahuan agar dapat melanggengkan hegemoni mereka atas pemanfaatan ruang tersebut.[5] Selain itu, ruang dalam pengalaman kehidupan sehari-hari juga sudah dipolitisasi dan dibirokratisasi yang kemudian menciptakan dan mendorong homogenitas sosial.[6] Persoalan terakhir ini disebut sebagai praktik ruang representasi dan ruang abstrak.[7]

 Argumen ini menyiratkan pergeseran perspektif penelitian dari ruang ke proses produksi ruang; cakupan keragaman ruang yang diproduksi secara sosial dan dibuat produktif dalam praktik sosial; dan fokus pada karakter yang kontradiktif, konfliktual, dan pada akhirnya, politis dari proses produksi ruang.[8] Sebagai seorang ahli teori Marxis, tetapi yang juga sangat kritis terhadap strukturalisme ekonomi yang mendominasi wacana akademis pada masanya, Lefebvre berpendapat bahwa produksi sosial dari ruang ini merupakan agenda fundamental bagi reproduksi masyarakat, yang dipropagandakan oleh kaum kapitalis.

Lefebvre diakui secara luas sebagai seorang pemikir Marxis yang bertanggung jawab dalam rangka memperluas cakupan teori Marxis, yang merangkul kehidupan sehari-hari dan makna kontemporer dan implikasi dari jangkauan yang semakin luas dari perkotaan di dunia Barat sepanjang abad ke-20. Lefebvre berpendapat bahwa ada mode produksi ruang yang berbeda (yaitu spasialisasi) dari ruang alami ('ruang absolut') ke spasialitas yang lebih kompleks yang signifikansinya diproduksi secara sosial yaitu ruang sosial. Lefebvre menganalisis setiap mode sejarah sebagai dialektika tiga bagian antara praktik dan persepsi sehari-hari (le perçu), representasi  ruang (le conçu) dan imajiner spasial waktu (le vécu).[9]

Henri Lefebvre telah menyumbangkan ide penting dalam filsafat, terutama pemahaman tentang produksi ruang. Lefebvre  menyebut produksi ruang sebagai reproduksi relasi sosial dari produksi. Pemikiran Lefebvre tentang produksi ruang pertama kali dituangkan dalam bukunya The Survival of Capitalism. Buku ini ditulis sebagai pengantar dari The Production of Space. Tulisan Lefebvre berpengaruh kuat pada teori perkotaan, terutama yang berkaitan dengan Geografi Manusia (Human Geography).  Kedua buku tersebut dianalisis lebih lanjut oleh David Harvey dan Edward Soja. Seperti dijelaskan bahwa Lefebvre dikenal sebagai pemikir Marxis yang bertanggung jawab atas meluasnya pemikiran marxis, namun Lefebvre tetap konsisten pada soal-soal keseharian kehidupan dalam pemikiran kontemporer dan kehidupan perkotaan  di dunia Barat.

Dalam The Production of Space, Lefebvre berpendapat bahwa ada beberapa level dari ruang yaitu ruang paling abstrak, ruang kasat mata, ruang alamiah (ruang absolut)  dan ruang yang lebih kompleks yang maknanya diproduksi secara sosial (social space). Triad konseptual tersebut yang kemudian dimaksud sebagai praktik memproduksi dan mereproduksi ruang yang dilakukan oleh manusia melalui relasi produksi pada sebuah relasi dan praktik sosial dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga level ruang menurut Lefebvre ini akan dibahas pada bagian selanjutnya dari tulisan ini. Akan tetapi perlu ditegaskan kembali bahwa argumen dasar Lefebvre dalam The Production of Space ialah ruang sebagai produk sosial, atau konstruksi sosial yang kompleks berdasarkan nilai dan produksi sosial atas makna yang memengaruhi praktik ruang dan persepsi atas ruang tersebut. Produksi sosial atas ruang merupakan dasar bagi reproduksi masyarakat, yang disebabkan oleh kapitalisme.

Sebagai seorang humanis Marxis, Lefebvre sangat kritis terhadap teori-teori strukturalis. Strukturalisme adalah reduksionisme fungsional yang memberikan status istimewa kepada satu konsep, yaitu untuk struktur atas agensi.[10] Lefebvre secara khusus menentang Marxisme struktural Louis Althusser. Lefebvre berpendapat bahwa pendekatan Althusser ialah penarikan diri ke dalam saintisme.[11] Hal ini tentu berdampak pada pereduksian Marxisme menjadi epistemologi yang meninggalkan praktik dan masalah-masalahnya, yang merupakan fetisistik filsafat dari pengetahuan murni, dan menghasilkan penghapusan dialektika.[12]

 

Peralihan Analisis Teori Marxian: dari Alat-alat Produksi ke Produksi Ruang

Lefebvre bertanya apa yang merupakan kekuatan produksi menurut Marx dan Engels, ia menjawabnya dengan menulis:

Sejak zaman Marx dan Engels, konsep produksi telah digunakan dengan sangat longgar sehingga hampir kehilangan semua definisi. Kami berbicara tentang produksi pengetahuan, atau ideologi, atau tulisan dan makna, gambaran, wacana, bahasa, tanda dan simbol; dan sama halnya, dari 'pekerjaan impian' atau pekerjaan 'operasional' konsep, dan sebagainya. Begitulah perluasan dari konsep-konsep ini sehingga pemahaman mereka (tentang produksi) telah terkikis secara serius.[13]

Lefebvre menegaskan bahwa teori Marxian mesti membuat peralihan dalam analisisnya dari alat-alat produksi ke produksi ruang. Dalam perkataan lain, Lefebvre mau menyingkapkan penelitian Marxian yang berfokus pada hal-hal yang ada di dalam ruang seperti alat-alat produksi, tenaga kerja, nilai dan modal ke produksi aktual ruang itu sendiri. Lefebvre sekali lagi menyatakan bahwa teori Marxian mesti memperluas perhatiannya dari produksi industri ke produksi ruang.[14] Bagi Lefebvre ruang membantu kaum kapitalis untuk mengekspansi dan mereproduksi sistem kapitalis, struktur kelas dan pendistribusian di dalamnya.

Lefebvre berpendapat bahwa ekonomi politik baru mesti menjadi kritik terhadap ekonomi politik ruang dan produksinya.[15] Lefebvre ingin mengembangkan pendekatan Marxis yang tidak menekankan produk, tetapi produksi.[16] Seperti Marx, Lefebvre memulai analisis masyarakat dari konsep manusia sebagai makhluk sosial, yang menghasilkan kehidupan mereka sendiri, kesadaran mereka sendiri, milik mereka sendiri dunia. Dalam produksi, manusia akan memobilisasi elemen spasial, termasuk sumber daya (materi) dan alat secara rasional sehingga mereka mengatur urutan tindakan dengan tujuan tertentu.[17]

Ide kunci Lefebvre dalam The Production of Space ialah manusia tidak hanya menghasilkan hubungan sosial dan nilai guna, tetapi dengan berbuat demikian manusia menghasilkan ruang sosial. Dalam istilah yang lebih umum, melampaui ruang sosial ke semua ruang fisik, seseorang dapat mengatakan bahwa setiap tubuh yang hidup adalah ruang dan memiliki ruangnya sendiri yaitu ia memproduksi dirinya sendiri di ruang dan juga menghasilkan ruang itu. Lefebvre menulis,

Sebelum menghasilkan efek di alam material (alat dan objek), sebelum memproduksi dirinya sendiri dengan mengambil makanan dari alam itu, dan sebelum mereproduksi dirinya sendiri dengan menghasilkan tubuh lain, setiap tubuh hidup adalah ruang dan memiliki ruang: ia menghasilkan dirinya sendiri di dalam ruang dan juga menghasilkan ruang itu. Ini adalah hubungan yang benar-benar luar biasa: tubuh dengan energi yang tersedia, tubuh yang hidup, menciptakan atau menghasilkan ruangnya sendiri; sebaliknya, hukum ruang, yaitu hukum diskriminasi dalam ruang, juga mengatur tubuh hidup dan penyebaran energinya.[18]

Dalam masyarakat, manusia menghasilkan ruang-ruang sosial. Ada dialektika antara hubungan sosial dan ruang yaitu hubungan-hubungan sosial, yang merupakan abstraksi-abstraksi konkret, tidak memiliki keberadaan yang nyata kecuali di dalam dan melalui ruang. Lefebvre menulis,

Relasi-relasi sosial, yang merupakan abstraksi-abstraksi konkret, tidak memiliki eksistensi yang nyata kecuali di dalam dan melalui ruang. Dasar mereka adalah spasial. Dalam setiap kasus tertentu, hubungan antara landasan ini dan hubungan yang didukungnya memerlukan analisis. Analisis semacam itu harus menyiratkan dan menjelaskan suatu genesis dan merupakan kritik terhadap institusi, substitusi, transposisi, metaforisasi, anaforisasi, dan sebagainya, yang telah mengubah ruang yang sedang dipertimbangkan.[19]

Ruang sosial berisi relasi-relasi sosial reproduksi personal dan seksual; hubungan keluarga, reproduksi tenaga kerja dan hubungan produksi. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Lefebvre:

Ruang sosial berisi dan memberikan (kurang lebih) tempat yang sesuai untuk: (1) hubungan sosial reproduksi, yaitu hubungan bio-fisiologis antara jenis kelamin dan antara kelompok umur, bersama dengan organisasi khusus keluarga; dan (2) hubungan-hubungan produksi, yaitu pembagian kerja dan pengorganisasiannya dalam bentuk fungsi-fungsi sosial yang hierarkis. Kedua rangkaian hubungan ini, produksi dan reproduksi, terikat erat satu sama lain: pembagian kerja berdampak pada keluarga dan merupakan bagian darinya; sebaliknya, organisasi keluarga mengganggu pembagian kerja. Namun ruang sosial harus membedakan antara keduanya—tidak selalu berhasil, katanya—untuk 'melokalisasi' mereka.[20]

Lefebvre menegaskan bahwa ruang bukanlah suatu benda[21] dan juga bukan sebuah wadah,[22] melainkan produk dan alat produksi.[23] Manusia memiliki ruang dan  berada di ruang ini.[24] Ruang bukanlah subjek atau objek, melainkan realitas sosial.[25] Di dalam ruang, ada dialektika antara ruang sosial dan tindakan manusia. Tindakan manusia itu berasal dari masa lalu, dan ruang sosial memungkinkan tindakan terbaru terjadi. Ruang sosial merupakan bagian dari dialektika produksi. Ruang sosial saling berkaitan dengan segala sesuatu yang dihasilkan baik oleh alam maupun oleh masyarakat, salah satunya melalui kerja sama atau melalui peselisihannya.[26]

 

Filsafat Ruang: Pembebasan dari Proyekk Dehumanisasi

Seperti diketahui bahwa pengetahuan merupakan kekayaan terluhur manusia yang lahir dari, oleh, dan untuk manusia sendiri. Pengetahuan tidak memproduksi dirinya sendiri secara alamiah, akan tetapi melalui proses panjang dan tak terselesaikan yang dilahirkan dan dikembangkan oleh manusia. Manusia menciptakan dan memproses ilmu pengetahuan karena beguna untuk membebaskan manusia dari ancaman proyek dehumanisasi.

Manusia mesti mempersoalkan dan mempertimbangkan segala sesuatu yang terjadi di ruang sosial, sebab pelbagai bentuk penyamaran kepentingan diri, yang dapat menghancurkan manusia lain, binatang, hewan dan ekologi, rentan dilangsungkan secara ilegal oleh pemangku kepentingan. Ruang sosial tidak mengadakan dirinya sendiri, karena ruang sosial tidak dapat bernalar, berpikir, refleksi atau berkarsa. Ruang sosial diciptakan oleh konstruksi sosial. Konstruksi sosial tampak dalam definisi, dan reproduksi sosial.

Definisi, produksi ruang, dan reproduksi ruang sosial sengaja diadakan oleh manusia. Pendefinisian, dan reproduksi ruang sosial  merupakan kegiatan khas dan proyek intelektual yang luhur dari manusia. Dengan merefleksikan, menalar, membuat kajian kritis (penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif), dan mempublikasi hasil riset pengetahuan akan ruang sosial, manusia dapat memperkaya dan menunjang nilai-nilai kehidupannya, serta membangun relasi dengan lingkungan (sosial dan ekologis) di sekitarnya. Melalui pengetahuan kritis-filosofis akan ruang sosial, manusia dapat membangun diri, dan divisi kehidupannya seperti ekonomi, keagamaan, kebudayaan, sosiologi, antropologi, ekologi dan ilmu politik serta hubungan internasional. Refleksi kritis dan progresif terhadap ruang sosial dengan dalil-dalil pengetahuan rasional disebut filsafat ruang.

Filsafat ruang sebagai salah satu bidang filsafat yang secara khusus mempelajari hakikat ruang sosial, sumber, isi, ruang lingkup, dan keraguan ilmiah tehadap validitas kebenaran dan keadilan ruang sosial, bersusaha menyingkapkan segala persoalan baik yang kasat mata maupun dengan penyamaran. Ketimpangan dan ketidakadilan di ruang sosial tidak diciptakan oleh ruang sosial itu sendiri, tetapi oleh manusia yang memberikan definisi, produksi, dan rekonstruksi ruang sosial tersebut. Setiap kajian kritis tentang pengetahuan ruang sosial mesti bertujuan membebaskan manusia dari belenggu proyek dehumanisasi, dan komodifikasi oleh kelompok dominan.[27]

    Dalam perkembangan selanjutnya, karya-karya Lefebvre telah sangat memengaruhi teori perkotaan sampai saat ini, terutama dalam “geografi manusia”. Konsep tentang geografi manusia ini kemudian mendapat perhatian dari David Harvey, Dolores Hayden, dan Edward Soja, dan Stuart Elden dan seterusnya. Semenjak itu, gagasan tentang produksi ruang seringkali diangkat dalam diskusi-diskusi, penelitian/publikasi, perkuliahan, dan seminar yang di dalamnya secara khusus berbicara seputar seni arsitektur/rancangan perkotaan, hak atas kota, geografi, urbanisasi dan pengavelingan (perebutan) tanah oleh kaum kapitalis dengan mekanisme kapitalisme.

*Artikel ini merupakan ringkasan paling singkat dan abstrak dari skripsi penulis.

 *Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere-Flores-NTT.


[1] Perucich, F.V. (2019). Urban Design Under Neoliberalism: Theorising from Santiago, Chile (1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780429203268, diakses pada 25 April 2021. Lihat juga Fransisco Vergara-Perucich and Camillo Boano, “Exploring the Contradiction in the Ethos of Urban Practitioners under Neoliberalism: A Case Study of Housing Production in Chile”, dalam Journal of Planning Education and Research, (November 16, 2020). https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0739456X20971684 diakses pada 25 April 2021.

[2] Tentang perkembangan pembacaan, penelitian, perbandingan (paradigma komparatif), pengkontekstualisasian, dan penganalisisan lebih mutakhir teori produksi ruang Lefebvre, dapat diakses di internet. Teori produksi ruang Lefebvre tidak hanya berkembang dan menarik perhatian para pemikir dan analis geografi, arsitektur, urbanisasi dan ilmu-ilmu sosial di Perancis, tetapi juga sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2000-an oleh K. Bertens, Robertus Robert, Franz Magnis-Suseno, dll. melalui publikasi mereka. Setelah 2010-an pembacaan, pengutipan dan penganalisisan Teori Produksi Ruang mengalami perkembangan begitu pesat di kalangan sarjana Indonesia, seperti Arie Setyaningrum Pamungkas Coen Husain Pontoh, dll.

[3] Christian Schmid, “Henri Lefebvre’s theory of The production of Space: Towards a Three-dimensional Dialectic”, terj. Bandulasena Goonewardena, dalam Space, Difference, Everyday Life. Reading Henri Lefebvre Kanishka Goonewardena dkk (Eds.), (Madison Ave, New York: Routledge, 2008), hlm. 27.

[4] Arie Setyaningrum Pamungkas, “Produksi Ruang dan Revolusi Kaum Urban Menurut Henri Lefebre”, dalam Indoprogress.com, https://indoprogress.com/2016/01/produksi-ruang-dan-revolusi-kaum-urban-menurut-henri-lefebvre/ diakses pada 24 April 2021.

[5] Michael Foucault, “Of Other Space”, terj. Jay Miskowiec, dalam Diacritics. 16: 22-27. Teks ini berjudul "Des Espaces Autres," dan dipublikasikan oleh French journal Architecture-Mouvement-Continuite pada Oktober, 1984, yang menjadi basis kuliah yang diberikan oleh Michel Foucault pada Maret 1967. Lihat juga Arie Setyaningrum Pamungkas,“Produksi Ruang dan Revolusi Kaum Urban Menurut Henri Lefebre”, dalam Indoprogress.com, https://indoprogress.com/2016/01/produksi-ruang-dan-revolusi-kaum-urban-menurut-henri-lefebvre/ diakses pada 24 April 2021.

[6] Henri Lefebvre, The Production of Space, terj. by Donald Nicholson-Smith (USA: Basil Blackwell Ltd., 1991), hlm 44-45. 

[7] Ibid., hlm. 50-59.

[8] Anto Sangaji, “Kapitalisme dan Produksi Ruang”, dalam Indoprogress.com https://indoprogress.com/2011/02/kapitalisme-dan-produksi-ruang/ diakses pada 25 April 2021.

[9] Robertus Robet, “Ruang Sebagai Produksi Sosial Dalam Henri Lefebvre”, dalam Cak Tarno Institute (CTI), https://caktarno.wordpress.com/2014/09/06/ruang-sebagai-produksi-sosial-dalam-henri-lefebvre/ diakses pada Rabu 1 Juni 2021.

[10] Henri Lefebvre, The Production of Space, op. cit., hlm. 106.

[11] Ibid., hlm. 38.

[12] Ibid., hlm. 40.

[13] Henri Lefebvre, The Production of Space, op. cit., hlm. 69.

[14] Ibid., hlm. 68-70. 278-279.

[15] Ibid., hlm. 346.

[16] Ibid., hlm. 26.

[17] Ibid., hlm. 68.

[18] Ibid., hlm. 170.  

[19] Ibid., hlm. 404.

[20] Ibid., hlm. 32.

[21]Ibid., hlm. 73. Lefebre berpendapat bahwa ruang merupakan hasil dari sebuah urutan dan set operasi, dan dengan demikian tidak dapat direduksi ke peringkat objek sederhana.

[22] Ibid., hlm. 94.

[23] Ibid., hlm. 85.

[24] Ibid., hlm. 294. Hal ini seperti dipresentasikan Henri Lefebvre bahwa manusia tahu bahwa mereka memiliki tontonan ruang dan mereka ada di dalamnya ruang angkasa. Manusia tidak hanya menikmati penglihatan, perenungan, karena mereka bertindak dan menempatkan diri dalam ruang sebagai partisipan aktif. Oleh karena itu, manusia ditempatkan dalam serangkaian tingkat yang menyelimuti masing-masing yang mengimplikasikan yang lain, dan urutan yang menjelaskan praktik ruang.

[25] Ibid., hlm. 92.

[26] Ibid., hlm. 101.

[27] Aholiab Watloly, Sosio-Epistemologi. Membangun Pengetahuan Berwatak Sosial, (Yogyakarta: Cet. 4., 2016), hlm. 69-88.

 

 


Post a Comment for "Mengenal Filsafat Ruang (Pengantar Sangat Singkat Filsafat Ruang Henri Lefebvre)"