Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TikTok Bareng, Yuk! dan Puisi lainnya

Valeria Ngade

TikTok Bareng, Yuk!


TikTok bunyi elegi Indonesia;

sebab sejak 2016 tik tik tik bunyi hujan di atas genting tidak kedengaran lagi,

Air TikTok dari Tiongkok diserap Indonesia tidak terkira
Cobalah tengok tua dan muda 
siang dan malam TikTok semua.  

TikTok bunyi Indonesia masuk dalam kantor;
tempatnya tikus-tikus berdasi bersenang-senang girang 
bermain mata bersilat mafia tak diam-diam
karena uang seperti layang-layang; TikTok.
   
TikTok bunyi Indonesia seperti ironi;
sebab sejak 2016 naik kereta api tut tut tut tidak berbunyi lagi,
naik TikTok tidak ada yang gratis
ayo teman-teman tengoklah sebelum naik
TikTok tetap bertahan lama sekalipun kita terlambat.

TikTok bunyi Indonesia masuk dalam keluarga android;
keluarga android tidaklah jemu
kota dan kampung semua sunyi
Selimut tetangga hangat dan berbunyi; TikTok.




Lupa itu

Senja membelah algoritma yang tidak sadar menjadi kata, 
Mengalir di atas kertas kusut.
Pada punggung buku lukisan—dan bait-bait memburam; darahnya menjadi abu-abu.

Sonata memecah, dan menenggelamkan diam pada sukma.
“Jangan melatih lupa. Lupa mengandung racun, yang mengekalkan saya dalam sajak-sajakmu.” Kataku sebelum bulan menyunyikan prahara ini.

Jendela berbicara tentang lupa, dan langit-langit hanya mumet. 
Lupa mengundang ingat—rindu yang tak terkatakan, bahkan tidak pada saatnya.
Bukan aku, tapi kerinduanmu yang salah—tak tahu waktu dan tempat—‘kan?


*Puisi Melki Deni,  mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.

Post a Comment for " TikTok Bareng, Yuk! dan Puisi lainnya"