Cuek dan Puisi lainnya
Jenderal Kampus |
Cuek
1/
Cuek adalah ketika gusar menjemputku melintasi batas-batas langit,
menggodaiku sampai malam tersusut kelabu.
Ketika kesepian memberangus warta berita bahagia tentang rumah,
tentang pantai, tentang hari kemarin, tentang biola dan doa,
aku pun mengayuh lagi biduk kecil tanpa tenaga.
2/
Cuek adalah ketika terdengar warta berita tentang segalanya
yang tak henti-hentinya merindukanku sampai seluruh waktu,
namun aku menutup pintu dengan suara memekakkan.
Ketika potret-potret pigura serentak membentak.
3/
Cuek adalah ketika aku sedang tidak butuh pengakuan, perhatian, dan cinta,
Ketika aku tidak lagi mampu melukis waktu, mengeja nama
Ketika segalanya hambar dan tawar
Ketika semuanya ambyar.
Sehabis Mandi
Tidak perlu mencari tahu dan kemudian gelak senyum
mengapa aku suka menjenguk wajah di dalam cermin sehabis mandi.
Ketika kumasuki cermin itu, ia tidak mengeluh; ia tidak bertanya: mengapa kamu selalu menjenguk wajah? Mengapa kamu sunyi? Mengapa kamu begitu ribut?
Aku dan cermin tidak pernah bertengkar
tentang siapa di antara kami yang menciptakan keburukan dan keindahan;
suara dan sunyi. Aku mendadak berhenti dan malu,
ketika potret-potret di dinding memelototkan mata ke arahku,
dan bertanya keras-keras: Mengapa begitu lama di dalam cermin?
“barangkali dunia tidak mengenal keindahan!”
Aku mau menjelma cermin
Yang tak henti-hentinya mereka merindukan
dan mengunjungiku.
*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero-Flores-NTT.
Post a Comment for "Cuek dan Puisi lainnya"