Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puisi-puisi Marselinus Langgor

Marselinus Langgor


Dia Mati

Senja mengahampiri, menandakan hari akan berakhir. Dia duduk bersila, menatap langit berharap bisa hidup lebih lama lagi.

Kedua jarinya mengapit sebatang rokok hendak mengisapnya sembari memikirkan nasibnya yang tak berdaya oleh keadaan, juga dihantam oleh kenyataan. 

  

Tatapannya kini mengambang, pikirannya seolah tanpa arah.

Perlahan-lahan badanya meringis kesakitan tubuhnya kaku seolah-olah lehernya tercekik, membuatnya batuk-batukan. 

Tubuhnya kini kaku kejang, nafasnya menjadi terengah-engah seakan ada yang mendekapi mulutnya.

Mencoba membawanya ke rumah sakit 

Tapi dia berdalil nanti dirapid dan pastilah divonis Covid-19. 

Sakitnya kian menjadi-jadi, dan pada petang dia menghela nafasnya yang terakhir dengan pesan yang diucapkanya dengan pelan

"Kini aku bebas"


Puisi Abadi

Para pecandu senja beriah riuh menikmati senja kenikmatan itu hanya sekejap karena tenggelam ditelan gelap malam.

Ada banyak kata tertata rapih yang tak sempat dituturkan mulut kepada sesama yang menjadikannya seolah tiada

Kata-kata itu tertulis rapi dengan sajak-sajak beruntun menjadi syair-syair indah

Kata-kata itu takkan mati tapi abadi.

Kata-kata itu hasil ilusi yang disebut puisi.


Aku Rindu 


Aku rindu pada senja yang mengahantar aku tuk menginat namamu

Aku rindu pada sosok wajah yang cantik nan rupawan.

Aku rindu akan pelukan mesrah yang mengisyaratkan tuk menyatu

Aku rindu pada kata yang tak sempat dituliskan pena pada keryas yang menjadikanya tak terbaca.

Aku rindu pada aroma tubuhmu yang tertiup angin menjadikanya hilang dan lenyap. 

Aku rindu mencumbuimu pada setiap angan-angan tuk menjadikannya nyata

Aku rindu dirimu tuk hadir selalu di sampingku.


Hening

1//

Pada setiap sajak yang kutulis dan kurapal perlahan-lahan hingga tak kusadri menghafalnya


2//

Pada setiap relung-relung kesejukan nurani tuk berpaling dari badai menuju damai


3//

Mengatupkan tangan tergenggam erat dengan ejaan kata perlahan-lahan mengungkapkan penyesalan

Sejenak hening menyelami sepi yang mencekik. 


4//

Hening pada tengah malam mengingat pengalaman panjang pada jalan yang sedang ditapaki tuk menjejakkan kaki pada jalan ILAHI


*Marselinus Langgor, mahasiswa STFK Ledalero Maumere-Flores-NTT.



Post a Comment for "Puisi-puisi Marselinus Langgor"