Ponsel Pintar dan Puisi lainnya
Melki Deni |
Ponsel Pintar
Ponsel, yang dijual mahal di toko-toko,
Yang dibawa ke mana-mana,
Yang menggenggam dunia, sejarah, jarak,
garis dan kita
Tak bosan-bosannya menggoda siapa saja,
Seperti Tuhan yang kasat mata, misalnya.
Yang menolong siapa saja,
yang biasa disembah 24 jam.
Ponsel, yang tidak lagi ingat
asal-usulnya,
Yang digenggam di mana-mana,
Yang meningkatkan keomongkosongan dan
ketidakpastian
Tak henti-hentinya menyihir siapa saja
Seperti zombie yang kelaparan, misalnya.
Yang hidup hanya dengan mengisap darah
siapa saja,
Yang biasa dibiarkan hidup 24 jam.
Seseorang
Ada seseorang
yang tak pernah tua
berjalan ke sana
kemari di dalam cangkir kepalamu;
Yang
menggerakkan dan menghentikanmu;
Yang membuatmu
getir, sepi dan bahagia.
Ada seseorang
yang tak pernah habis dibahasakan
Berbicara
tentang apa, dan siapa saja kapan saja;
Yang
membangunkan dan meninabobokanmu;
Yang membuatmu
jatuh cinta berkali-kali.
Ada seseorang
yang tak henti-hentinya dicari
Bersembunyi di
balik pijar-pijar filsafat, teologi dan sastra;
Yang
menghanguskan bank duka yang berdiri megah di lereng hatimu;
Yang melahap
bukit-bukit pilu keletihan
Seolah Engkau Mengerti
Seolah engkau
tak pernah mengerti:
mengapa Tuhan
tidak sanggup menerobos tembokmu yang tinggi sekali,
dan meruntuhkan
kepalamu yang makin meninggi
dan menyelami
hatimu yang tak berdasar itu.
Seolah engkau mengerti:
Mengapa Tuhan
duduk termangu-mangu di keningmu,
Seketika engkau
mencari wajahNya dalam dirimu dan dunia
dan tak pernah
bertanya mengapa Tuhan menyembunyikan surga dan keabadian dari kita.
*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
Post a Comment for "Ponsel Pintar dan Puisi lainnya"