Antologi Puisi Istha Meo
APAKAH AKU GADISMU?
Sebelum kau beranjak dari tempat dudukmu
Aku ingin bertanya,
Apakah aku gadismu?
Tidak perlu lekas jemawa kau mengajukan pertanyaan bodoh seperti itu, jawabmu.
Sebab aku ingin memilikimu tanpa ada hati gadis lain
yang mencintaimu
Aku menghitung waktu
Sudah lama sekali
Setelah kau berjanji akan selalu mencintaiku!
Tapi entah mengapa aku kembali meragukan kesungguhanmu?
Apakah aku gadismu?
Selalu kutanya di sela-sela perbincangan kita
Entah sudah berapa kali kutanya padamu,
Namun, belum juga kaujawab
Menunggu jawabanmu seperti merindukan hati yang tak dapat dimiliki.
CEMAS YANG NYATA
Ada segudang cerita yang masih berantakan diantara dua cerita yang sudah dirapikan pada rak buku, detak jantung dan kepergian.
Ukh, ini desak kedegupan yang paling patah.
Detak jantung menari dengan indah,
permainan jemarinya lembut gemulai,
Memikat bola mata yang hampir redup oleh tangis.
Dan kepergian,
Lari tanpa tahu kemana ia akan berlari
Pergi meninggalkan hati yang malang hingga menjadi lanjang.
Adakah yang lebih terluka dari ini?
Tentu tidak.
Kepergian adalah yang paling mengiris,
entah pergi untuk hidup atau pergi untuk mati.
AKAN TETAP SAMA?
Kau pernah menghadiahkanku
genggaman tangan paling hangat, senyuman manis,
detak jantung yang berdegup senada denganku dan silverqueen
yang kausimpan dalam saku bajumu
Akan tetap sama,
Sampai kapanpun
Tatapan kita tak akan pernah hilang,
Rindu kita akan tetap merapat lekat
Sementara mataku belum suram direnggut usia dan ingatanku belum renta
Perkenankan aku mendekapmu dalam pelukanku yang teramat tenang
sebelum kita memetik luka-luka dari cinta yang kelak mungkin tak sepihak lagi,
Sebaiknya terlebih dahulu kita susun canda di atas hati yang masih bersuka cita.
* Istha Meo, Mahasiswi UNIKA St. Paulus, Ruteng. Penyair berasal dari Reo, Kec. Reok. Facebook: Istha Meo
Post a Comment for "Antologi Puisi Istha Meo"