Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antologi Puisi Emerensiana Uru Ana Hida

Emerensiana Uru Ana Hida


SAKRATUL MAUT


Di bangku itu,

Kukenang setiap luka yang piatu

Mencoba memisahkan sunyi dari sepi

Tetapi yang kudapati hanya kata mati.

 

Memanggil-manggil penghibur

Namun yang datang hanyalah suara-suara

Mereka adalah suara dari masa laluku

yang lupa kukubur

hingga bebas mengudara

dalam kepala dan kalbu.

 

Kuraih cermin karatku,

di dalamnya kulihat mataku

Sudah kelelahan

Lalu perlahan-lahan kusaksikan

Kehidupan meninggalkanku.


POTRET MASA LALU

Ketika melihatmu, 
Sontak saja ada rasa perih di atas kepalaku

Dan aku tak tahu tempat menyimpan tangisku
Tapi kali ini pantang untukku merindu

Kau adalah peringatan
yang menyedihkan 
Maka aku tak mau disentuh

Karena saat ini aku hanya butuh
ketenangan daripada banyak kenangan 



PENYAIR TUA


Jiwamu santun 
sarat nyawa sastrawi 
kau ciptakan ruang untuk berinteraksi dan berinterpretasi
sebagaimana penulis pada umumnya.

Keprihatinanmu pada bumi
adalah seni yang kau embuni 
lewat pengawetan kata dalam tubuh puisi.

Galaumu sirna tatkala kau mengasah ingatanmu 
yang sudah lapuk untuk meramu kata,
merebut gairah di sisa umur, 
kau mengurung rindu 
dalam daya yang bukan khayalan.

Kau tak pernah puas dengan puisi-puisimu,
tetap meradang hingga rubuh dan dengan harap, agar ada penyair muda yang akan mengawetkan tubuhmu 
menjadi puisi paling puitis. 
Lalu pelan-pelan kau mengoceh di depan seluruh tumpukan puisimu-puisimu
“Ingat ini! Kau adalah kebohongan yang indah dan aku adalah kebenaran 
yang menyakitkan!”

* Emerensiana Ana Hida, berasal dari Sumba Timur, NTT. Saat ini tercatat sebagai mahasiswi di Kampus Diploma British international, Bali.

Post a Comment for "Antologi Puisi Emerensiana Uru Ana Hida"