Saya Mengaku dan Dua Puisi lainnya
(Nova Ngade) |
Saya Mengaku
Saya
mengaku kepada waktu, dan pintu
dan
kepada hujan yang telah merahasiakan isyarat-isyarat.
bahwa
saya telah berdosa; saya ditikung di tikungan maut—dan akhirnya selingkuh.
Di
dada, selimutnya hangat dan merekat erat-erat.
Dengan
sengaja dan ucapan,
dengan
ingatan, yaitu racun rindu dan permainan dusta.
Saya
berdosa, kekasih saya pun berdosa,
Saya
sungguh tidak berdosa,
Jadi
saya tidak perlu menyesal.
Oleh
sebab itu, saya mohon kepada kata,
kepada
hujan dan kepada kekasih yang belum tobat.
Supaya
mengampuni saya di hadapan selingkuhan saya.
Pacar Tobat
Sajak
yang mahajujur
pacarku
menyesal atas seluruh genit dan mata keranjangnya,
sebab
pantas ia dihukum.
Terutama
sebab ia telah mengkhianati aku yang alim, lembut dan kalem.
Semoga
ia bisa berhenti seluruh genit dan mata keranjangnya,
dan
bersumpah dengan bantuan burung pelikan suci,
supaya
memperbarui arah hidupnya dan
tidak
akan mengkhianati dan membohongiku lagi.
Sajak
yang serba-tulus, ampunilah ia,
orang
yang tidak tahu mengampuni dan mengkianati genit dan mata keranjangnya.
Aku Takkan Tua
Aku
takkan tua
dengan
sembilan puluh sembilan ribu merek bius antitua.
Sekali
pun di ujung batas,
dengan
serbuan maut; aku antitua.
Aku
takkan berziarah mundur ke arah masa depan,
Aku
takkan berjalan seperti yang diperintahkan petang kepada bintang-bintang.
Aku
takkan mengikuti garismu.
Mungkin
akan sampai di garismu.
Tak
perlu menanti
sampai
matahari melahap hari-hari.
Post a Comment for "Saya Mengaku dan Dua Puisi lainnya"