Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pada Malam Seperti Ini dan Puisi lainnya

Pada Malam Seperti Ini
dokumen pribadi: foto di depan rumah

Pada malam seperti ini,
Tak henti-hentinya kubayangkan ibu yang tak habis-habisnya
merapal doa di sudut kamar, dan jauh dari mimpi anaknya
melintasi lembar bumi tanpa letih, tanpa keluh. 

Pada malam seperti ini, 
Suka kunyalakan lampu dalam kepala, agar tampak nyata 
wajah ibu yang nyaris tidak tua, tempat aku bebas 
ke sana kemari tanpa doa, tanpa balas budi. 

Pada malam seperti ini, 
Tak henti-hentinya kubayangkan ibu yang jauh di sana,
gugur sebelum musim berganti, dan anaknya tak habis-habisnya 
mendoakan keselamatannya tanpa jeda, tanpa arah. 

Pada malam seperti ini, 
Tak habis-habisnya ku mengingat-ingat ibu yang lepas dari anaknya, 
bebas dari doa, namun ia tak henti-hentinya 
meneteskan cinta, dan keselamatan tanpa tuntut, tanpa selesai. 
Maumere, 22 Agust 2020


Di Muka Pintu, Aku Duduk Menghitung Kupu-kupu


Di muka pintu aku duduk menghitung kupu-kupu 

Kupu-kupu datang mencicipi sari bunga di taman dan pergi lagi entah ke mana.
Kucoba menangkapnya, tapi tak bisa. Sebab kenangan di dalam diriku 
terlalu berat untuk ditinggalkan. 
Rintikan embun dari pohon bermain dengan air mataku yang mendidih. 
Mengenang yang tak perlu dikenang memang menyita waktu,
Tapi lebih nikmat daripada rindu akan datangnya yang lain. 

Udara hangat memeluk sekujur tubuhku. 
Sebentar aku tersenyum. Barangkali senyum sanggup menyembunyikan resah dan gelisah, 
Dan sampai ku temukan diriku benar-benar bahagia.
Setelah senyum simpul selesai, suaramu seolah berbisik pelan; 
“aku mau menjemputmu dan kenangan-kenangan yang tidak lengkap lagi”.
Air mata yang mendidih mengalir bersama rindu yang tak batasnya.

Di muka pintu aku duduk menghitung kupu-kupu
Aku teringat katamu terakhir; orang yang sedang merindu banyak mengenang 
dan mengharapkan terulang kembali. Tapi orang yang menolak merindu 
merasa diri paling setia, tapi bodoh. Dan aku menjawab; ya, lebih baik sakit 
karena merindu daripada resah dan tak laku karena tidak merindu. 

Di muka pintu aku duduk menghitung kupu-kupu
Menghitung kenangan-kenangan ganjil yang beterbangan di hadapanku. 
Dan mengharapkan kupu-kupu membawa kabar bahwa kau 'kan datang 
membawaku pergi ke muka pintu baru. 

*Melki Deni, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores NTT. 

Post a Comment for "Pada Malam Seperti Ini dan Puisi lainnya"