Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Di Jembatan dan Puisi lainnya

Di Tepi Pantai Krokowolon, Maumere

Di Jembatan

Di jembatan itu dua orang yang entah namanya sibuk bergantian memotret,

dan Tiktok dengan lagu-lagu dari negeri Korea

Orang-orang yang menyaksikan mereka bingung dan bertanya-tanya

Mereka pun bingung mengapa

Sungai di bawah jembatan mengalirkan air mata, keringat yang menggigil,

darah yang mendidih, remah-remah tulang karena dibanting seharian. Semuanya itu

mengalir dari sumber yang sama; orangtua. Tapi mereka mati rasa,

dan narsis di pinggir-pinggir jalan.

 

Dua hari kemudian mereka ditemukan mati digilas truk tangki tikungan tajam

Mereka tidak lagi dikenal siapa-siapa,

Di seberang sana mereka saksikan orang-orang memotret pandangan di taman Firdaus,

Tapi mereka tidak bawa kamera, dan tidak tahu bagaimana cara kembali ke rumah.

Sementara tangan dan kakinya puntung, mereka ingin kembali.

 

Di jembatan arwah mereka mengganggu siapapun yang lewat pada malam Jumat di sana.

Tapi mereka tidak lagi bisa Tiktok dan bergantian memotret.


 Potret Indonesia

:Agustus-September

Di kota ini sirene ambulans nyaris tak letih

Lampu-lampu kota merekam; diam

Kita teringat tiga kalimat pendek yang sempat dipahat pada dinding kota;

Urus saja korupsimu, jangan mural-mural kami,

Mural-mural kami adalah otoritas kami

Tuhan, kami lapar

Beberapa tahun kemudian mural-mural pun dihapuskan dengan sederhana

Binatang malam melengking

Kita pun membisu penuh seluruh

Sementara manusia setengah dewa di langit buta

tuli seperti mereka

tapi lapar abadi


*Melki Deni, Mahasiswa STFK LEDALERO-MAUMERE-FLORES-NTT

Post a Comment for "Di Jembatan dan Puisi lainnya"