Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Viral (Karya Melki Deni)

Melki Deni

Hari itu kaukirimkan beberapa butir air mata hangat lewat WhatsApp, Messenger, dan Facebook, karena kurang viral di jagat digital. Kau merasa kurang perhatian, kasih sayang, dan penghargaan diri oleh netizen lain. Lalu kesepian menyerang hari-harimu; minderwaardig.

Kau mengubah kesepian menjadi keomongkosongan, seketika itu angin pun bingung berjalan entah ke mana. Di luar jendela bunga-bunga pun enggan bergoyang.

Kau lupa dalam jagat digital kita adalah konten. Algoritma konten bertanya; Seberapa besar daya jualmu? Di sana kita harus sensasional, kontroversial, dan sensual. Kalau tidak, kita banal dan akhirnya kesepian.

Kita adalah budak viral terjebak dalam peranti-peranti konten. Algoritma konten mengenal baik perasaan, dan pikiran kita. Ia tak bosan-bosannya menciptakan algoritma sampai kita mengultuskannya 24 jam.

Kita adalah daun yang ditiup angin ke sana kemari, yang tidak lagi mengenal ranting, pohon, dan akarnya, yang berlari secepat angin, di mana kebohongan dibawa serta. Kebohongan pun bertarung melawan kebohongan.

“Dunia akhirnya adalah medan pertarungan kebohongan,” katamu sebelum menyeruput kopi di cangkir putih itu, yang mungkin mengandung viral, dan kebohongan.

14/01/22


Melki Deni, mahasiswa STFK Ledalero Maumere-Flores-NTT. 


Post a Comment for "Viral (Karya Melki Deni)"