Puisi-puisi Herman Nufa
Herman Nufa |
Aku Wanita Penyuka Luka
Kita adalah sepasang airmata
Yang lahir dan dibesarkan oleh tangis
Lalu hidup bersama luka
Yang mencoba mengakrabi duka
Kita mencoba mengasingkan rasa
Menyembunyikan di sunyi paling sepi
Namun kenang dan rindu
Yang selalu membawanya pulang
Kita sedang belajar mengeja lupa
Dari segala kata yang pernah terucap
Tetapi ingatan selalu berjuang
Mati-matian hadirkan rindu
Jangan pernah membenci aku dan cinta
Karena aku wanita penyuka luka dan rindu
Pengembara Luka
Kau berkelana layaknya pengembara
Jelajahi seluruh jagat menebar duka
Kau diam lalu menghanyutkan jiwa
Membuat gundah negeriku gulana
Bumi pertiwi menjerat lirih
Isak dan tangis tak dapat ditepis
Kau nampak pekak diredam resah
Terus meringkik lalu membunu di setiap penjuru
Pengembara luka yaitu kau Corona
Menyelipkan belati lalu merangkak bak seekor lintah
Merasuk dan menggores luka
Ah Corona
Entah sampai kapan adamu dihempas usai
Ledalero, 7 Oktober 2021.
SENJA
Ketika senja tiada hentinya berpamit pada malam
Elok rupamu terlukis indah di rahim langit
Menjadikan malam begitu kacau
Sebab bulan dan bintang
Tiada hentinya merebut hatimu
Di bawah kolong langit
Aku, hujan dan dingin sendirian
Cemburu pada malam
Yang tidak mengizinkan
Rupamu aku kekalkan
Di amin hatiku.
Ledalero, 7 Oktober 2021.
*Herman Nufa, Mahasiswa Fakultas PKK Ledalero Maumere-Flores-NTT.
Post a Comment for "Puisi-puisi Herman Nufa"